Bahan Bakar Menipis, Nasib Bayi dan Pasien Dialisis Kian Kritis

Jika listrik dan air padam dan bahan bakar habis, pasien akan dipindahkan ke kuburan massal jika agresi terus berlanjut

Seorang bayi berada di inkubator di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa [Screengrab/Sanad]

JALUR GAZA – Perputaran mesin dialisis yang stabil. Tetes-tetes darah yang berirama dari infus. Dengung pelan peralatan pendukung kehidupan yang menjaga bayi-bayi di inkubator tetap hidup, tabung-tabung mengalir masuk dan keluar dari tubuh mungil mereka.

Fungsi rutin Rumah Sakit (RS) Martir Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah sangat kontras dengan kekacauan yang terjadi selama berminggu-minggu akibat pemboman Zionis Israel, yang dalam beberapa hari terakhir menargetkan sejumlah rumah sakit di wilayah kantong yang terkepung.

Namun krisis listrik dan air akibat agresi militer Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober -yang telah menutup lebih dari separuh dari 35 rumah sakit di Gaza- juga berdampak drastis pada rumah sakit pusat Gaza.

Bayi yang berada di inkubator dan pasien dialisis (cuci darah) yang menggunakan mesin yang bergantung pada bahan bakar mempunyai risiko tertentu, terutama karena Al-Aqsa adalah satu-satunya fasilitas untuk pasien ginjal di wilayah tengah Jalur Gaza.

“Jika listrik dan air padam dan bahan bakar habis, pasien akan dipindahkan ke kuburan massal jika agresi terus berlanjut,” ujar Khalil al-Dakran, juru bicara Rumah Sakit Martir Al-Aqsa kepada Sanad, kontributor Al Jazeera, Senin (13/11/2023).

“Dan dunia [hanya] menyaksikan,” lanjutnya dengan getir.

Menghentikan perawatan dialisis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *