Derita Warga Gaza, Terpaksa Makan Bawang dan Terong Mentah

Orang-orang dilaporkan beralih ke pola makan yang tidak lazim, seperti mengonsumsi kombinasi bawang mentah dan terong mentah

Anak-anak pengungsi Palestina, yang meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza utara karena pemboman militer Israel yang intens, memegang kontainer saat mereka menunggu makanan di Khan Younis pada 11 November 2023 [Mahmud Hams/AFP]

KOTA GAZA – Samar Rabie bertanya-tanya bagaimana dia akan memberi makan 15 orang yang tinggal bersamanya. Ibu empat anak ini menjadi tuan rumah bagi teman-teman suaminya dan keluarga mereka, yang mengungsi dari Kota Gaza, di rumahnya di Khan Younis, dan berjuang untuk mendapatkan bahan-bahan pokok seperti roti.

“Saya pergi ke salah satu mal untuk membeli beberapa barang, tapi saya tidak menemukan apa pun,” kata pria berusia 28 tahun ini.

Rak-raknya kosong, tanpa gula, kacang-kacangan, keju, atau produk susu lainnya. “Yang ada hanya minyak goreng,” kata Rabie, sambil menunjukkan bahwa harga pangan telah meningkat tiga kali lipat sejak perang dimulai.

“Kami kekurangan banyak bahan makanan pokok, seolah-olah semuanya diatur sedemikian rupa sehingga selain tidak memiliki listrik atau air, kami juga akan kelaparan,” ucapnya lagi.

Karena kekurangan roti, keluarga dan teman-teman mereka bergantung pada memasak pasta dan nasi, namun persediaan makanan tersebut juga cepat habis.

“Saya hanya khawatir tentang bagaimana kami akan saling memberi makan setelah dua atau tiga hari, dan apa yang akan kami jalani di hari-hari sulit yang semakin mencekik kami,” kata Rabie.

Pertanian mereka telah hancur

Mahmoud Sharab, juga warga Khan Younis, mengatakan meskipun dia kecewa dengan kenaikan harga, dia tidak menyalahkan pedagang atas inflasi yang terjadi pada sayuran.

“Pertanian mereka telah dihancurkan oleh pemboman Israel yang terus-menerus. Mereka tidak dapat mencapai tanah mereka,” kata pria berusia 35 tahun itu.

Sharab keluar setiap hari menjelajahi toko-toko dan pasar untuk mencari makanan, dengan harapan setidaknya bisa menemukan makanan kaleng dan biji-bijian.

“Saya tidak dapat menemukan apa pun. Saya harus bertanya kepada orang-orang apakah mereka punya tambahan kacang kalengan atau daging agar saya bisa membelinya untuk keluarga saya,” kata Sharab.

“Apa yang dilakukan Israel adalah perang kelaparan bagi warganya, dan kebijakan ini membuat takut banyak orang termasuk anak-anak juga,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa pemboman yang disengaja terhadap toko roti telah membuat orang mengantri selama enam atau tujuh jam hanya untuk mendapatkan makanan, yakni sekantong roti.

Pola makan tak lazim…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *