Perang juga berdampak pada pasien kanker di Gaza. Seorang pasien di Gaza mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia tidak bisa lagi mendapatkan obat-obatan, akibatnya rasa sakitnya tak tertahankan dan kondisinya semakin memburuk.
“Karena kesehatan saya yang memburuk, saya perlu diperiksa di rumah sakit di Tepi Barat sekali atau dua kali sebulan… sistem saraf saya mulai memburuk sepenuhnya, menyebabkan rasa sakit yang parah pada saraf di mata dan di seluruh tubuh saya. ,” kata Ahmed al-Yaqoubi kepada Middle East Eye.
Dr Sobhi Sukeyk, direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi setelah lebih dari tujuh minggu pemboman intensif Israel di daerah kantong yang terkepung tersebut.
“Pada tanggal 2 November, staf rumah sakit dan pasien terpaksa dievakuasi karena kehabisan bahan bakar, membuat pengoperasian peralatan untuk menyiapkan obat-obatan bagi pasien kanker menjadi tidak mungkin, dan [menyebabkan] terhentinya sistem air dan sanitasi,” katanya kepada Middle East Eye.
Para pemimpin Muslim di AS meluncurkan kampanye ‘Abaikan Biden’ tahun 2024