UPDATE: Korban Tewas di Palestina Tembus 18.884 Orang, 56.000 Rumah Hancur Total

Pemandangan kehancuran bangunan-bangunan di Jalur Gaza akibat serangan brutal Zionis Israel. (Foto: WAFA)

RAMALLAH – Setelah agresi Israel yang menghancurkan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, jumlah korban tewas telah melonjak menjadi sedikitnya 18.884 orang, dengan lebih dari 55.000 orang terluka, Kementerian Kesehatan mengatakan dalam pembaruannya malam ini.

Dilansir kantor berita Palestina WAFA, Kamis (14/12/2023), Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dalam pernyataan pers bahwa jumlah korban yang terdokumentasi di Jalur Gaza telah mencapai 18.600 orang, sementara jumlah korban tewas di Tepi Barat juga melonjak menjadi 286 orang. Selain itu, kementerian mengatakan, 51.000 warga Palestina terluka di Gaza, dan hampir 3.430 lainnya di Tepi Barat.

Kementerian menjelaskan bahwa sektor kesehatan di Gaza sedang menghadapi krisis yang parah, karena puluhan pusat kesehatan berhenti beroperasi karena pemboman yang terus menerus dan kekurangan bahan bakar.

Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa lebih dari 60 persen rumah di Gaza telah hancur, termasuk lebih dari 56.000 unit hancur total dan 224.000 unit hancur sebagian. Penghitungan akhir unit dan bangunan yang hancur masih belum tersedia karena serangan udara Israel yang sedang berlangsung.

Menurut pernyataan itu, ada kecenderungan pasukan pendudukan Israel menargetkan rumah sakit, pusat kesehatan, ambulans, dan tim medis di Tepi Barat.

“Pendudukan telah meningkatkan serangan terhadap rumah sakit, mengepung dan menggerebek rumah sakit, serta menyerang ambulans dan menahan korban luka,” sebut Kementerian Kesehatan.

Serangan pemukim terus berlanjut, katanya, dengan 308 insiden tercatat sejak dimulainya agresi terhadap rakyat Palestina pada tanggal 7 Oktober. Serangan-serangan ini mengakibatkan korban luka-luka dan kerusakan harta benda milik warga Palestina.

Selain itu, setidaknya 143 keluarga Palestina, yang terdiri dari 1.014 orang, termasuk 388 anak-anak, telah mengungsi di tengah kekerasan yang dilakukan pemukim dan pembatasan akses. (wfa/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *