
Sejumlah anak di Gaza menunggu antrean jatah makanan di tengah krisis pangan yang melanda warga Gaza akibat agresi Zionis Israel. (Foto: WAFA)
ROMA – Pengeboman Israel, operasi darat dan pengepungan terhadap seluruh penduduk di Jalur Gaza telah menyebabkan tingkat kerawanan pangan yang akut.
Dilansir kantor berita Palestina WAFA, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) dalam sebuah laporannya menyebutkan, sekitar 85 persen populasi (1,9 juta orang) mengungsi dan saat ini terkonsentrasi di wilayah geografis yang semakin kecil.
Antara tanggal 24 November dan 7 Desember, lebih dari 90 persen populasi di Jalur Gaza (sekitar 2,08 juta orang) diperkirakan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi, yang diklasifikasikan dalam IPC Fase 3 atau lebih tinggi (Krisis atau lebih buruk).
Di antara negara-negara tersebut, lebih dari 40 persen populasi (939.000 orang) berada dalam kondisi Darurat (IPC Fase 4) dan lebih dari 15 persen (378.000 orang) berada dalam Bencana (IPC Fase 5), katanya.
Antara 8 Desember 2023 hingga 7 Februari 2024, seluruh penduduk di Jalur Gaza (sekitar 2,2 juta orang) diklasifikasikan dalam IPC Fase 3 atau lebih tinggi (Krisis atau lebih buruk), tambah IPC.
Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi penduduk yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi yang pernah diklasifikasikan oleh inisiatif IPC untuk wilayah atau negara tertentu.
Di antara negara-negara tersebut, sekitar 50 persen populasi (1,17 juta orang) berada dalam kondisi Darurat (IPC Fase 4) dan setidaknya satu dari empat rumah tangga (lebih dari setengah juta orang) menghadapi kondisi bencana (IPC Fase 5, Bencana), kata laporan.
Hal ini ditandai dengan rumah tangga yang mengalami kekurangan pangan, kelaparan, dan kehabisan daya untuk bertahan hidup.
Meskipun tingkat malnutrisi akut dan angka kematian terkait non-trauma mungkin belum melampaui ambang batas kelaparan, hal ini biasanya disebabkan oleh kesenjangan konsumsi pangan yang berkepanjangan dan ekstrem.
Meningkatnya kerentanan gizi pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta orang lanjut usia merupakan sumber kekhawatiran khusus, kata laporan tersebut. (wfa/red)