Bedah Makna Lagu Band Feast “Politrik”

Tangkapam layar MV Feast. (Sumber YouTube Feast)

Oleh: Handhyka Permana (Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang)

KLIKBANTEN.ID – Musik selalu memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam, menggugah emosi, dan menginspirasi perubahan sosial.

Salah satu band yang berhasil memanfaatkan kekuatan ini adalah Feast, sebuah band yang dikenal dengan gaya musik yang eksperimental dan lirik yang mengandung sindiran sosial.

Feast kembali dengan lagu terbaru mereka yang berjudul “Politrik” yang dirilis pada 14 Juni 2024 di YouTube official dari band Feast.

Lagu Politrik oleh Feast hadir sebagai sebuah kritik yang relevan dan menohok terhadap situasi pada saat ini, di mana isu-isu sosial pemerintahan yang selalu bertentangan dengan masyarakat semakin terlihat.

Hal ini semakin menciptakan ketegangan yang tak kunjung reda dan mengekspos praktik-praktik manipulatif yang dilakukan oleh para pemegang kekuasaan.

Makna pada sebuah lagu adalah hal yang sangat penting karena mampu menyampaikan pesan-pesan mendalam dan menggugah perasaan pendengarnya.

Melalui lirik-lirik yang cermat, musisi dapat menyuarakan kritik sosial, pengalaman pribadi, atau pandangan hidup mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi persepsi dan emosi pendengar.

Dalam konteks lagu “Politrik” oleh Feast, makna yang terkandung di dalamnya menjadi alat yang kuat untuk mengkritik realitas politik dan sosial yang ada, serta mengajak pendengar untuk merenungkan dan memahami lebih dalam situasi yang kompleks di sekitar mereka.

Kita dapat melihat makna tersebut dalam beberapa kajian keilmuan, misalnya dari segi stilistika, Feast menggunakan bahasa yang kaya akan gambaran dan metafora untuk menggambarkan kekacauan politik.

Lagu ini menggunakan gaya bahasa yang sarkastik dan provokatif untuk menyampaikan pesan kritisnya. Misalnya seperti lirik berikut ini;

“Semua kau sikat miring
Santai saja lihatnya kawan
Palingan ya hanya jualan” (Feast, Politrik)

Beberapa pesan kritik juga disampaikan dengan makna konotatif, yang menggambarkan bagaimana manipulasi informasi dan pencitraan menjadi alat utama dalam politik modern.

Bagaimana praktik politik dan media sering kali menyembunyikan motif yang sebenarnya di balik kata-kata yang manis dan tindakan yang terlihat menguntungkan.

Ini juga terlihat dalam sepenggal liriknya seperti;

“Jalan jinjit di tepi jurang menukik
Bungkus kritik dangkal dengan cantik
Trik trik trik positioning
Trik trik trik trik marketing
Trik trik trik trik trik branding” (Feast, Politrik)

Nah, penggunaan kata-kata seperti “positioning”, “marketing”, dan “branding” tidak hanya merujuk pada strategi bisnis tetapi juga mengungkapkan strategi politik untuk mengendalikan opini publik.

Secara denotatif, lirik-lirik “Politrik” secara langsung menggambarkan aksi-aksi politik yang sering kali tersembunyi di balik berbagai strategi publisitas dan penampilan.

Penggunaan kata-kata yang tajam dan jujur menghadirkan gambaran yang jelas tentang realitas politik yang sering kali tidak terlihat oleh masyarakat umum.

Lirik lagu ini dipenuhi dengan kritik sosial terhadap praktik manipulasi dalam politik dan media. Misalnya, lirik

“Hari ini kau belanja topik, cari-cari debat paling berisik” (Feast, Politrik)

Lirik ini menggambarkan bagaimana isu-isu kontroversial digunakan untuk menarik perhatian publik tanpa memikirkan dampaknya yang lebih dalam. Politik menjadi ajang “belanja topik,” di mana fokusnya adalah pada apa yang dapat menjual, bukan pada kebenaran atau solusi.

Lagu tersebut mendapat sambutan yang hangat dari para pendengar dan kritikus musik. Lagu ini dianggap sebagai cerminan yang jujur dan berani terhadap situasi politik saat ini. Banyak pendengar yang merasa lagu ini berhasil mengungkapkan frustrasi mereka terhadap sistem politik yang ada.

Terbukti, dari semenjak rilisnya lagu tersebut sampai saat ini sudah mendapat 88.000 ribu penonton, ratusan komentar warganet yang ikut menyuarakan keresahan di kolom komentar music video dari lagu tersebut.

Dan menurut saya dampaknya terhadap diskursus publik cukup signifikan, dengan banyak orang yang terinspirasi untuk lebih kritis terhadap janji-janji politikus dan lebih aktif dalam mengawasi pemerintah.

Lagu “Politrik” oleh Feast bukan sekadar rangkaian nada dan lirik, melainkan sebuah cermin kritis yang memantulkan realitas politik dan sosial di Indonesia.

Melalui penggunaan simbolisme, metafora, dan ironi, Feast berhasil mengekspos praktik-praktik manipulatif yang sering terjadi dalam dunia politik dan media.

Mereka menggambarkan bagaimana isu-isu penting sering kali dikomodifikasi demi keuntungan pribadi, menyoroti ketidakadilan dan kebohongan yang menyelimuti kehidupan sehari-hari.

Keberanian Feast dalam menyuarakan kritik sosial melalui musik menjadikan “Politrik” sebagai lagu yang relevan dan berdampak.

Lagu ini mengajak pendengar untuk tidak hanya menikmati alunan musiknya, tetapi juga merenungkan pesan yang ingin disampaikan, serta menjadi lebih kritis terhadap realitas yang ada.

Dengan menghadirkan lirik-lirik yang tajam dan penuh makna, “Politrik” menjadi sebuah karya yang mampu menginspirasi perubahan dan kesadaran sosial. Feast menunjukkan bahwa musik dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan dan membangkitkan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan.

Melalui studi linguistik, kita dapat lebih memahami kedalaman makna yang terkandung dalam lagu ini, serta menghargai seni sebagai medium yang mampu menggerakkan hati dan pikiran.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *