Balita di Tangerang Terjangkit ISPA, Dampak dari Aktivitas Truk Pengangkut Tanah

Kolase gambar ilustrasi aktivitas truk pengangkut tanah dan balita yang sedang dirawat. (Foto: Ist)

TANGERANG, KLIKBANTEN.ID – Aktivitas truk pengangkut tanah yang melintas di sepanjang Jalan Raya Kronjo, Kabupaten Tangerang, semakin memicu kekhawatiran banyak masyarakat.

Dampak lingkungan yang mengkhawatirkan serta debu yang dihasilkan dari truk-truk tersebut diduga telah mencemari lingkungan dan mengakibatkan sejumlah warga terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Salah satu masyarakat yang merasakan dampak buruk dari aktivitas truk tanah tersebut adalah keluarga Ari Sudrajat. Ia mengaku sangat geram, karena putranya yang berusia 11 bulan dan ibunya, Muawanah (58), mengalami masalah pernapasan setelah terpapar udara buruk akibat kepulan debu dari truk-truk tanah di wilayah tersebut.

“Anak saya awalnya (mengalami) sesak napas, demam, bersin sama batuk. Jadinya anak saya nangis terus karena sakit dan sesak napas,” kata Ari.

Anaknya yang masih balita tesebut bahkan harus dirawat di ruang PICU (Perawatan Intensif Anak) di RSUD Balaraja selama sehari semalam setelah mengalami sesak napas, demam, dan batuk.

Ari menceritakan, anaknya harus dirujuk ke rumah sakit lantaran fasilitas kesehatan medis di Puskesmas belum memadai. Sehingga, Ari harus merujuk anaknya ke rumah sakit yang lebih layak untuk menangani perawatan yang lebih baik.

“Saya panik dan langsung membawanya ke Puskesmas Sukamulya, lalu dirujuk ke RSUD karena peralatan di sana (di Puskesmas) tidak memadai,” ungkap Ari, kepada KlikBanten.id pada Selasa (08/10/24) kemarin.

Menurut diagnosis dokter, kata Ari, putra keduanya itu divonis mengalami sesak napas akibat menghirup udara kotor. Saat ini, ia harus menjalani perawatan jalan untuk memulihkan kesehatannya.

“Memang saya sudah hampir empat bulan ini setiap hari bolak-balik melewati Jalan Raya Kronjo untuk mengantar anak ke rumah neneknya. Kalo sehari-hari, dia (bayi) diasuh di situ. Pagi dianter, sore saya jemput,” tambah Ari.

Bahkan, tutur Ari, Ibunya yang bernama Muawanah, juga mengalami kondisi serupa. Setelah berobat di klinik terdekat pada awal September lalu, ia didiagnosis menderita ISPA dan kini harus menjalani perawatan rutin.

“Ibu saya (Muawanah) sekarang ini sering batuk dan sakit di bagian dadanya, dia merasakan sesek. Ibu juga harus berobat jalan, ya kalau ga ke klinik ya ke Puskesmas berobatnya,” keluhnya.

Ari, yang berlatar belakang dan merupakan Aktivis pemuda di Kabupaten Tangerang ini, menekankan pentingnya tindakan tegas dari Pemerintah Kabupaten Tangerang dan instansi terkait terhadap truk-truk tanah yang beroperasi di luar jam operasional yang sudah ditentukan.

Ari menyinggung dengan merujuk pada Peraturan Bupati (Perbup) Tangerang Nomor 12 Tahun 2022 yang mengatur jam operasional dump truck atau operasional kendaraan truk tambang dari pukul 22.00 hingga 05.00 WIB.

“Sebagai negara, pemerintah itu harusnya hadir untuk melindungi rakyatnya. Jika tidak ada tindakan tegas, masyarakat bisa bertindak sendiri. Ini juga coba pemerintah lihat dong itu, banyak sekali truk-truk itu lalu-lalang mengabaikan Perbup. Lantas tindakan tegas dari pemerintah mana,” ujar Ari.

Ia juga meminta pejabat pemerintah setempat untuk merasakan langsung kondisi jalan tersebut agar memahami kesulitan yang dialami warga.

“Pak (Penjabat) Bupati atau kepala dinas, dan juga para pejabat pemerintah, coba aja kalian lewat ke Jalan Raya Raya Kronjo sana naik motor. Coba rasain seseknya (napas) bagaimana? Itu kami alami setiap hari, tapi jangan naik mobil,” sindirnya.

Ari mengingatkan, jangan sampai rakyat dan masyarakat di Kabupaten Tangerang jadi marah, yang dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan terhadap apratur negara. Menurutnya, jika masyarakat sudah marah bisa menimbulkan konflik bahkan memunculkan perilaku main hakim sendiri.

“Akhirnya kan nanti bisa memicu perilaku main hakim sendiri. Ini kan udah pernah kejadian kan. Ada (sekelompok Ormas) yang bertindak sendiri, yang menurut saya karena negara atau pemerintah gak bisa hadir melindungi rakyatnya atau masyarakat itu sendiri,” tukasnya.

Kondisi ini, sambung Ari, menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan dan polusi udara dan juga keselamatan jalan raya serta masyarakat.

“Pemerintah jangan sampai diam, lalu terkesan kongkalikong sama kaum cukong,” singgungnya.

Masyarakat berharap kepada pemerintah setempat agar langkah-langkah konkret segera diambil untuk mencegah dampak lebih lanjut terhadap kesehatan warga dan lingkungan sekitar di wilayah yang terdampak.

(bas/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *