
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tangerang, Kholid Ismail. (Dok: KlikBanten.id)
TANGERANG, KLIKBANTEN.ID – Bicara tentang tradisi tahunan mudik Lebaran, ada satu catatan muncul pada tahun ini. Di mana pada tahun ini terjadi fenomena yang menarik terkait jumlah pemudik pada Lebaran Idul Fitri 1446 H/2025 M.
Tercatat bahwa terdapat penurunan signifikan dalam jumlah masyarakat yang memilih untuk tidak melakukan perjalanan mudik, salah satunya di Kabupaten Tangerang itu sendiri.
Hal ini sangat berbeda jauh dibandingkan dengan tren pada tahun sebelumnya yang menunjukkan ada peningkatan jumlah pemudik, di mana jumlah pemudik mengalami peningkatan melebihi rata-rata prediksi.
Menurut Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tangerang, Kholid Ismail, hal ini muncul disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang memengaruhi keputusan masyarakat untuk tidak melakukan mudik di tahun ini.
Salah satu faktor utama yang diungkapkan Kholid Ismail adalah kondisi finansial masyarakat. Di mana banyak dari masyarakat terutama masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang saat ini berada dalam situasi ekonomi yang dapat dibilang kurang baik, yang mendorong mereka berpikir dua kali mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan jauh atau mudik.
Kholid Ismail menjelaskan, dalam situasi ekonomi yang menantang ini, biaya perjalanan mudik yang mencakup transportasi dan akomodasi menjadi satu pertimbangan besar pula bagi masyarakat.
“Salah satunya adalah kondisi finansial masyarakat. Tidak semua orang memiliki kemampuan ekonomi untuk melakukan perjalanan jauh (mudik),” ungkap Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Kholid Ismail, pada Kamis (10/4/25).
Menurut Kholid, selain faktor finansial, kondisi lingkungan dan sosial di tempat tinggal mereka juga berperan penting. Masyarakat kini lebih cenderung mempertimbangkan situasi di sekitar mereka, termasuk aspek keamanan dan kenyamanan saat melakukan perjalanan mudik. Kondisi lingkungan dan sosial tempat tinggal mereka inilah yang menjadi satu pertimbangan tersendiri juga bagi masyarakat yang ingin mudik.
Selain faktor finansial, Kholid juga mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang memilih untuk tetap di tempat tinggal mereka guna menjaga kesehatan finansial di tengah situasi ekonomi yang kurang sehat. Kesadaran inilah yang menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan untuk tidak mudik.
Kholid mengatakan, dengan adanya penurunan jumlah pemudik tahun ini tampaknya masyarakat tengah menghadapi tantangan yang harus dipertimbangkan secara serius. Meskipun keputusan untuk tidak mudik mungkin demi menjaga kesehatan finansial, hal ini juga mencerminkan sikap perubahan perilaku masyarakat yang lebih berhati-hati dalam merencanakan perjalanan.
“Selain itu, kondisi lingkungan dan sosial tempat tinggal mereka juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat, terutama melihat pada kondisi ekonomi,” ujar Kholid Ismail.
Penurunan jumlah pemudik ini tentunya memiliki berbagai implikasi, baik bagi masyarakat itu sendiri maupun untuk perekonomian daerah. Di satu sisi, hal ini dapat mengurangi kepadatan arus lalu lintas dan risiko kecelakaan. Dan hal ini pula menjadi salah satu faktor utama mengapa kondisi lalu lintas relatif lebih lancar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dari sisi lalu lintas, menurut Kholid berkurangnya jumlah pemudik secara otomatis berdampak langsung pada menurunnya kepadatan di jalan raya selama arus mudik berlangsung.
“Hal ini tentu memberikan dampak positif terhadap kelancaran transportasi selama masa libur Lebaran,” tambahnya.
Selain itu juga, kebijakan pemerintah baik dari pusat, kementerian terkait, maupun pemerintah daerah, seperti program mudik gratis, juga berperan penting dalam mengatur arus mudik secara lebih tertib dan efisien. Hal ini, disertai dengan meningkatnya kesejahteraan petugas, memungkinkan pengelolaan yang lebih baik selama periode libur Lebaran.
“Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh petugas baik dari kepolisian maupun instansi lainnya yang telah bekerja keras demi kelancaran dan kenyamanan masyarakat selama periode mudik. Terima kasih atas dedikasi dan pengabdiannya,” pungkasnya.
Fenomena ini memberikan gambaran yang menarik tentang bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Sementara tradisi mudik tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya kita, pertimbangan yang lebih matang menjadi kunci dalam menghadapi tantangan yang ada.
Dalam konteks mudik Lebaran, perubahan perilaku masyarakat ini menandakan pentingnya adaptasi terhadap kondisi yang terus berkembang. Masyarakat kini lebih mengutamakan aspek finansial dan keselamatan, meskipun hal ini berarti mengesampingkan salah satu tradisi yang penuh makna. Dengan harapan, semoga di masa depan, situasi ekonomi dan sosial dapat membaik, sehingga tradisi mudik dapat kembali berlangsung dengan meriah dan aman.
(Bas/red)